MEMBUKA TABIR GHAIB DENGAN MATA BATHIN BAG.II

Bismillahi rohmaanir rohiim.

Demi memenuhi keinginan saya utk menguasai ilmu terawangan,saya pun mulai banyak melakukan introspeksi diri apa yang sebenarnya salah dalam diri saya,saya mulai sering meditasi dan taffakur mencari keridloan Allah SWT,sekaligus memohon ampunan agar pintu mata bathin saya dapat lebih terbuka lagi.

Dan zikir yang paling saya sukai adalah zikir diam tanpa ada satu kalimat zikir pun yang saya ucapkan,hanya fikiran saya yang selalu tertuju pada kebesaran,keagungan dan ke Maha Dahsyatan akan Hakikat Allah yang ada dalam fikiran,hati dan jiwa saya saja yang ada saat meditasi itu,saya pasrahkan semua rasa,cipta,dan karsa pada kehendaknya tanpa terucap satupun kalimat permohonan akan sesuatu.

Hanya pasrah dan takjub melihat dan merasakan kehadirat Allah dalam hati,bathin dan jiwa.

Perasaan haru dan ingin menangis selalu saja hadir setiap kali saya melakukan meditasi ini,tanpa tahu apa sebabnya,namun bathin dan jiwa merasakan satu ketentraman dan ketenangan yang luar biasa.

Sampai di sini saya pun menyimpulkan bahwa letak keberhasilan dalam mempelajari ilmu terawangan adalah keadaan hati dan jiwa kita sendiri,apakah kita dipenuhi oleh nafsu dan perasaan ego serta ketidak sabaran?atau..ini yang terpenting..apakah sudah haqqul yaqiin hati kita dengan kebenaran dan kebesaran Allah?

Jika hati masih selalu bertanya..sebenarnya ada gak sih alam gaib itu?atau apakah Allah mau membukakan mata bathin saya yang kotor ini?

Jika pertanyaan-pertanyaan tadi masih menghiasi ruang bathin kita maka jangan harap bisa menguasai ilmu terawangan.

Namun saya mempunyai pantangan dalam menerawang,yaitu disuruh melihat pencuri karena jaman sekarang Iblis sudah sangat canggih bahkan banyak Iblis yang bisa menghapal Al-Qur'an,jadi seringkali banyak paranormal yang salah dalam memprediksi siapa pencuri sebenarnya,saya takut malah jadi fitnah.

Demikian cerita singkat saya ini,saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan,dan saya dengan sangat senang hati kalau ada para sesepuh,guru ataupun orang tua yang ingin memberi kritik dan saran yang membangun.

Akhir kata saya ucapkan Wassalamu 'alaikum wr.wb.

MEMBUKA TABIR GAIB DENGAN MATA BATHIN

Bismillahir rohmaanir rohiim.

Dengan semata mengharap ridho Allah SWT,kali ini saya mencoba menuangkan pengalaman pribadi saya dalam mempelajari ilmu terawangan.

Cukup sebentar saja saya mempelajari ilmu ini,sekitar 10 tahun belajar dan selama itu pula saya selalu mengalami kegagalan demi kegagalan karena mungkin saya termasuk orang yang bebal dalam ilmu terawangan,atau mungkin istilahnya tabir penutup bathin saya terlalu tebal sehingga butuh proses perjuangan yang cukup alot dan panjang.

Dimulai pada tahun 1996 tepatnya tanggal 9 September,saya belajar ke "PERGURUAN TENAGA DALAM CAKRA BHUANA" dengan guru besarnya Bpk. Gatot Margono,saya berdua dengan Abang saya di bai'at oleh beliau dan di beri petunjuk cara pelaksanaan sendiri di rumah.

Setelah selesai bai'at itu saya langsung pulang ke Palembang,Sumatera Selatan di mana saya tinggal saat ini.

Setelah saya sampai rumah,saya langsung saja melaksanakan ritual pemasakan ilmu terawangan,dengan cara puasa sunnah 7 hari dan selama puasa itu saya membaca ayat kursi perharinya harus membaca ayat kursi 1000x,setelah semua selesai sayapun mulai melakukan latihan demi latihan dan kegagalan demi kegagalanpun terus saya alami.

Tak puas sampai di situ saya pun terus mencari guru yang katanya bisa mengajarkan ilmu terawangan,namun sama saja hasilnyo nol.

Tetapi dari kegagalan ini membuat saya semakin bersemangat untuk terus belajar sampai titik penghabisan.

Alhamdulillah,saat ini setidaknya sedikit demi sedikit mulai terbuka mata bathin saya,namun tetap belum bisa dikatakan sempurna.

Lalu saya diperkenalkan pada ilmu INTI BESI KURSANI yang di dalamnya ada CUPU SERAT KALAM,saya merasakan bathin saya semakin tajam dan peka,sampai-sampai kalau ada tamu yang mau datang ke rumah saya kadang-kadang udah dikasih tahu,entah melalui mimpi atau langsung ada penglihatan wujud orang yang mau datang itu...(bersambung)